Dapatkah Karakter dan Sifat Seseorang Itu Di Ubah ?

Sifat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan sebagai suatu bentuk ciri khas yang melekat pada individu, sesuatu pada diri individu yang membuatnya berbeda dari orang lalin. Suatu dasar watak, tabiat dari seseorang. Menurut saya pribadi, sifat itu layaknya foto kita, citra diri kita yang di lihat oleh orang lain. Sifat ini di pengaruhi oleh begitu banyak faktor, mulai dari faktor gen, lingkungan, dan bahkan karena perkembangan teknologi yang sebegitu pesatnya, teknologi pun kini ikut ambil bagian dalam pembentukan sifat seseorang. Sifat ini, bukan hanya menentukan diri jasmaniah kita, tapi juga emosional serta mental. Sifat itu terbentuk dari proses yang begitu panjang dalam kehidupan seseorang, bahkan di mulai sejak ia masih balita. Sifat ini sejatinya bukan sesuatu yang tercipta secara instan, butuh proses yang amat panjang. Orang tua yang galak dan sering memarahi anaknya misalnya, cenderung akan membentuk sang anak bersifat suka berbohong. Kenapa ? Karena dengan berbohong, secara psikologis si anak berupaya untuk terhindar dari amarah orang tuanya, mencari jalan aman.

Contoh lainnya, seseorang yang “kecanduan internet” misalnya, akan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi dengan lawan bicaranya, seseorang yang kecanduan internet akan terlihat takut untuk melihat mata lawan bicaranya ketika bicara. Yang dalam tingkat yang lebih parah, bisa saja si anak mulai menarik diri dari masyarakat. Karena merasa jauh lebih aman dan nyaman untuk berada dan bersembunyi di dunia maya.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, pembentukan sifat itu adalah sebuah proses yang panjang. Tidak serta merta sebuah sifat itu terjadi begitu saja. Biasanya ada unsur “kebiasaan” yang terlibat dalam proses pembentukan sifat. Dan yang menjadi pertanyaan begitu banyak orang(termasuk saya sendiri) adalah bisakah sebuah sifat itu di rubah ? Apakah mungkin mengubah sifat seseorang ?

Well, jika “seseorang” disini mengacu pada diri kita sendiri, maka jawabannya BISA. Namun apabila “seseorang” disini mengacu pada bagaimana cara kita merubah sifat seseorang? Saya rasa tidak. Kenapa ? Karena perubahan yang hakiki, perubahan yang baik itu ada dan muncul atas kemauan diri sendiri. Bukan karena perintah/permintaan dari seseorang. Kemampuan kita hanyalah sebatas memberikan sudut pandang bagi “seseorang” ini untuk berubah, bukan merubahnya. Karena perubahan itu sejatinya dirinya sendiri yang menentukan.

Artikel ini sebenarnya terinspirasi ketika saya sedang kerja bakti mencabut rumput di dekat rumah saya pagi tadi. Saya pikir, mencabut rumput itu hal yang mudah. Tinggal cabut, beres. SAYA SALAH BESAR! Ternyata semangat rumput untuk menghidupi kehidupan ini tidak seremeh itu. Ketika kita asal mencabutnya saja, ia akan tetap tumbuh menghebat. Ketika kita mencabutnya dan membuangnya ke tempat lain, maka rumput akan tumbuh di tempat yang sama dan juga akan tumbuh pada tempat dimana anda membuangnya. Seakan mencabut dan menyakiti rumput itu menjadi sebuah pupuk baginya untuk tumbuh menghebat dalam kehidupannya. LUAR BIASA, ternyata mencabut rumput tidak sebercanda itu ya Smile

rumput,rerumputan,akar,tumbuhan

Dan pada hari ini, saya baru mengetahui bahwa jika ingin agar sang rumput ini tidak tumbuh menghebat setelah kita mencabutnya, adalah dengan mencabutnya sampai ke akar-akarnya. Dan baru saya ketahui, ternyata rerumputan yang saya anggap remeh temeh ini ternyata memiliki mekanisme akar yang begitu rumit, panjang, dan membingungkan. Apalagi ketika si rerumputan ini tumbuh di sela-sela bebatuan, akan jauh lebih sulit untuk mencabutnya. Sekalipun ia jauh lebih kecil dari kita. Seakan si rerumputan ini memiliki mekanisme penyesuaian diri yang kompleksitasnya tinggi. Ia bisa menyesuaikan tentang seberapa kuat akarnya harus menghujam, sesuai dengan tempat dimana ia berada. Tentu saja, ini merupakan sebuah proses yang amat panjang dalam kehidupan rerumputan.

rumput,rerumputan,akar,tumbuhan

Pernahkah sahabat mendengarkan pepatah “Badai itu hanya akan menyisakan pohon-pohon terkuat”, dan hebatnya ketika badai berlalu, apabila kita perhatikan, sering rumput-rumput yang notabene jauh lebih kecil apabila di bandingkan dengan pepohonan-pepohonan besar itu justru mampu berdiri tegak menantang badai, sebegitu nyamannya mendekap tanah seolah tanpa terjadi apapun di sekitarnya.

Saya yakin kini anda mulai bertanya tentang korelasi antara rerumputan ini dengan sifat dan karakter seseorang. Sahabat, sifat dan karakter seseorang itu seperti akar rumput. Melalui sebuah proses yang teramat panjang untuk tumbuh, dan karena di pengaruhi faktor-faktor(baik eksternal ataupun internal) misalnya saat rumput itu tumbuh di sela-sela bebatuan, maka ia akan jauh lebih susah untuk di cabut. Sifat itu layaknya rumput yang tumbuh di sela-sela bebatuan. Akan sangat susah untuk mencabutnya, jika dan hanya jika kita memiliki tekad yang bulat untuk mencabutnya, maka pastilah rumput itu akan tercabut pula. Begitu pula sifat seseorang. Kebiasaan yang sudah mengakar begitu lama dan tertanam kuat dalam benak kita, itu tetap akan bisa tercabut. Meskipun harus dengan usaha yang jauh lebih keras, namun apabila kita memiliki tekad yang kuat untuk merubahnya. Maka sekuat apapun sifat itu tertanam dalam sela-sela bebatuan kesadaran kita, maka pastilah ia akan tercabut juga.

Sama halnya dengan mencabutnya, membentuk sebuah sifat juga membutuhkan proses yang panjang. Sifat itu muncul karena kebiasaan. Karena manusia di ciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, maka lakukanlah kebiasaan-kebiasaan baik, biarkan ia mengakar dengan hebat di sela bebatuan kehidupan anda. Dan ijinkan anda menghebat dan menguat seiring dengan bertambah kuatnya akar kebiasaan baik itu menanacap dalam sanubari anda.

tekad rerumputan

About robofics

Adalah seorang yang masih terus berupaya mencari makna dari kehidupan. Penikmat sastra, seorang plegmatis. Seorang pembelajar dari universitas kehidupan.
This entry was posted in renungan and tagged , , , . Bookmark the permalink.

Balas komentar